Jumat, 21 Januari 2011

TERSUSUN RAPI

Bangkit dari tempat tidur, rapikan kamar berjalan keluar
Menuju kamar mandi dan mandi
Merjakan semua tugas hari ini, lalu pergi ke percetakan
selesaikan semua urusan publikasi
Sempatkan diri mampir ke toko bunga
membeli mawar merah
Dan persiapkan kata-kata untuk menyatakan perasaan ku padanya
Ku ketuk pintu rumahnya
Ku ajak makan siang bersama ku di tempat biasa lalu
Kubilang padanya
I love you
Ah... ......tapi rasa kantuk ini menahanku
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
                                                                                                M . H . D . S

Senin, 17 Januari 2011

SEORANG MUNAFIK BERKATA KEBENARAN

Setiap orang memang memang berbeda, mungkin benar engkau memang punya kelebihan. Materi, kepintaran bahkan tampang dan popularitas. Aku tau kau disegani dan disenangi orang, aku tau kau popular. Bukanya aku ingin berbicara sok baik atau ingin melakukan pembelaan agar aku terlihat baik, aku sudah tak peduli dengan semua kebohongan palsu yang fana itu. Terserah anggapmu tentang diriku, terserah engkau mau bilang apa tentang diriku. Ungkapkan semua kebusukan ku di hadapan orang banyak, ungkapkan kejelekanku. Behkan acuhkan semua perbuatanku, menganggap remeh aku. Aku memang bajingan, aku akui aku bejat, sembrono. Kau bilang aku garing, gak jelas, sok tau, cari perhatian, cari muka, keras kepala banyak omong., aku tak peduli sama seperti dirimu yang juga tak memperdulikan perasaan orang lain.
Bukan, ini bukan lah tentang curhat atau pembelaan diri, tapi ini sebagai cerminan diri. Sudah sering aku merasakan hinaan, cacian, terabaikan dan diremehkan, tapi pernah kah kau merasakan hal seperti itu. Aku ingin lihat seberapa kuat engkau tahan untuk menghadapinya. Mungkin semua kata dan ucapan ku yang tertuang dalam kalimat2 yang sok suci ini kau sangkal, terserah apa katamu, aku memang munafik, tapi apakah kau pernah berpikir dan mencoba merasakan perasaan mereka saat mereka yang kau abaikan dan acuhkan tersingkir, saat mereka terasa sendiri sementara engkau tertawa menikmati kejayaan dan sanjungan teman dan kawan mu. Sebesar besarnya aku bajingan adalah dirimu yang baik. aku sudah ingin sekali berbuat baik dan mendekatkan diri tapi kau tetap angkuh dan sombong serta bahkan acuhkan dan remehkan aku.
Anjing !!!!!!!!!!!!!!!
jika aku tak kenal agama dan tata krama, jika aku tak malu pada diriku sendiri, jika bukan karena aku masih percaya akan adanya balasan tentang semua yang aku perbuat dan jika aku tak ingat akan hari akhir mungkin sudah ku tantang kau berkelahi sampai mati. Tak takut aku dengan mu, tak takut aku dengan kematian selagi semua nya itu benar.  Jangan kau anggap dalam sosok ini aku tak berani untuk berduel dengan mu. Jangan kira aku tak bisa menandingi mu dalam hal yang kau tantangkan. Bajingan seperti ku juga bernyawa dan berperasaan seperti bajingan lainnya. Aku tak takut menyebut diriku bajingan, tapi apakah kau berani untuk meminta maaf pada orang yang selama ini kau hina dan remehkan. Bangsat kau!

“” JANGAN HANYA MENGHARGAI WAKTU TAPI HARGAILAH JUGA ORANG SEKITAR ANDA.””

           

Kamis, 13 Januari 2011

KERIKIL DALAM HAMPARAN INTAN

Berkata mereka kepada ku
Diam, jangan ikut campur..........
Layaknya gemuruh di pagi hari.......
Hapuskan semua riang yang masih tersimpan
Hentikan kicauan kenari
Terhampar dalam lubang dalam
Hingga cahaya sang mentari tak kelihatan
Berteriak aku sekencangnya dan hanya terdengar gema suara sendiri
Bagai patung yang terpaku di sudut istana
Begini menyakitkankah............
Raga ku tak kuasa menahan gejolak
Batinku tak kuasa menahan amarah
Amarah akan semua ego ku, semua perasaanku, dan semua uneg-unegku
Anggapku ada walau anggap mereka tak ada
Seperti kata mereka hanya satu perananku
Budak pelayan kesedihan, bukannya seorang teman atau kawan

                                                                  
                                                                                                M.H.D.S

Kamis, 06 Januari 2011

BERLIAN DAN AIR MATA



Tinggal aku sendiri
Berbalut lumpur belenggu hati
Terseret derasnya ucapan akan janji-janji
Kejayaan tahta mahkota raja sirna bersama bayangan nirwana.
Berpaling pada surga dunia
Tapi kurasa kekejaman rahwana
Beribu kata maaf berselimut puisi tercipta
Tanpa ada daya mengurangi kepedihan sang hawa
Bagai siang berselimut kelambutebal
Sekekal dewa di kayangan
Cucuran darah mengalir bersama mulut mengucap dzikir
Jalan lebar yang dulu gemilang
Hilang tanpa ada jejak untuk aku berputar
Kepastian akan kekayaan berubah keniscayaan
Tak kusangka
Penyesalan ku tak berarti
Sebab ini semua sungguh telah terjadi

                                                                                m.h.d.s